Seorang penulis pemula pasti mendambakan bisa menulis banyak artikel dan mengirimkannya ke berbagai media. Namun, tak sedikit dari kita yang merasa bahwa impian itu masih jauh karena terkendala oleh rasa malas.
Tapi, pertanyaannya sekarang adalah: Apakah ada orang yang sudah sibuk tapi masih sempat menulis?
Jawabannya: ada.
Prabu Yudianto dan Noor Annisa Falachul Firdausi adalah dua pekerja keras yang tetap menyempatkan waktunya untuk menulis di Terminal Mojok. Bukan 50, bukan juga 90, tapi Prabu sudah menulis 502 artikel, sementara Annisa sudah menulis 491 artikel. Mereka bukan robot. Mereka manusia. Mereka bekerja, mereka sibuk, dan—ya—kadang juga merasa malas.
Pasti banyak yang bertanya-tanya, kok bisa ya, sibuk tapi tetap nulis?
Semua itu dijelaskan dalam acara Ketok Mojok #1 yang dilaksanakan pada Jumat, 25 April 2025. Mereka hadir sebagai narasumber dan dipandu oleh Intan sebagai moderator. Acara pun menjadi semakin menarik dan hidup.
Sesi pertama dibuka oleh Annisa. Ia memulai pembicaraan dengan menekankan bahwa menulis adalah hal yang menarik baginya. Karena ia adalah tipe orang yang mudah penasaran, akhirnya ia memutuskan untuk menjadi penulis. Namun tentu saja, tetap ada kendala.
“Aku tuh terkadang kesulitan menulis, terutama di kalimat awal. Tapi kalau sudah ketemu, biasanya tulisan akan mengalir lancar,” ujar Annisa.
Begitu juga dengan Prabu. Ia menjelaskan bahwa tidak semua artikel yang ia kirimkan selalu diterima. “Rekor saya dalam sehari pernah mengirimkan enam artikel ke Mojok, dan beberapa di antaranya kena tolak,” ungkap Prabu.
Banyak pertanyaan dari audiens yang masuk dalam sesi ini, menandakan bahwa antusiasme terhadap acara ini sangat tinggi.
Kehadiran Ketok Mojok #1 menjadi penyemangat tersendiri, terutama bagi para penulis pemula yang masih ragu untuk mengirimkan tulisannya ke media, khususnya Mojok.
Acara ini bukan sekadar ajang berbagi motivasi dan inspirasi, tapi juga menjadi ruang untuk menyatukan solidaritas para penulis Mojok—terutama mereka yang sering kena tolak redaksi.