Sabtu, 26 Juli 2025, Mojok Institut kembali menggelar Ketok Mojok #4 dengan tema “Strategi dan Satir di Media Sosial Mojok”. Gelaran ini dirancang sebagai ruang berbagi pengalaman dan strategi pengelolaan konten digital, sekaligus membongkar rahasia dapur Mojok kepada para peserta—khususnya para kreator pemula, baik dari institusi maupun individu.
Hadir sebagai narasumber utama adalah Mas Doni, sosok di balik akun-akun Mojok yang aktif di berbagai platform. Ia membuka sesi dengan menyoroti fenomena meningkatnya penggunaan teknologi dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam hal berinteraksi di dunia maya. Dalam konteks ini, pemahaman terhadap karakter tiap kanal menjadi sangat penting. Twitter (kini X), Instagram, dan TikTok, misalnya, masing-masing punya kekuatan dan gaya bahasa yang berbeda.
Mas Doni menjelaskan bahwa salah satu sumber ide konten paling menyenangkan justru datang dari Twitter/X, karena platform ini bersifat cepat, spontan, dan penuh wacana. Namun, ia menekankan bahwa mengelola konten bukan hanya soal menyindir atau mengkritik, melainkan juga tentang memberi manfaat dan menciptakan koneksi dengan audiens. TikTok, katanya, lebih mengandalkan video dinamis, sementara Instagram bermain di ranah visual. Pemahaman semacam inilah yang menjadi dasar dalam membangun strategi konten yang relevan dan berdaya jangkau.
Sesi diskusi berlangsung hangat dan interaktif. Peserta mengajukan beragam pertanyaan, mulai dari bagaimana meracik konten satir agar tetap “nendang”, hingga cara mengatasi kebuntuan ide alias budreg yang kerap dialami kreator.
Acara ditutup dengan sebuah pengingat dari Mas Doni yang menegaskan betapa seriusnya dunia konten digital hari ini:
“Jangan pernah anggap enteng pekerjaan mengelola media sosial. Teruslah belajar dan kembangkan kemampuan agar konten yang dibuat tidak hanya menarik, tapi juga berdampak positif.”